welcome

SELAMAT DATANG DiFIRMANSANDII BLOG

Senin, 28 Oktober 2013

"TEMBILAHAN" REPLIKA BANJARMASIN

ini saya nemu artikel dari blog tetangga tentang kampung halaman saya TEMBILAHAN, RIAU menurut saya artikel ini sangat bagus dan saya kira ini bisa membuat orang banjar maupun suku lain lebih mengenal TEMBILAHAN, julukan TEMBILAHAN pun kedengaran sama seperti julukan kota banjarmasin yaitu "KOTA 1000 SUNGAI", tapi kalau TEMBILAHAN dulunya dijuluki "NEGRI 1000 PARIT" tapi sekarang diubah menjadi "NEGRI 1000 JEMBATAN" dikarenakan apabila ingin ke TEMBILAHAN melalui jalur darat kita akan selalu menemui jembatan. Salah satu ‘Budaya’ urang Banjar itu mewarung, suka nongkrong di warung teh. Tapi tak sekedar makan wan minum, warung jadi media berbincang. Begitu jua di Kab Tembilahan Indra Giri Ilir. Pengurus Kerukunan Keluarga Banjar (KKB) Tembilahan Riau Madi, mengatakan tentang budaya Banjar di perantauan, suasana di Tembilahan tak ubah nya seperti di Banjar. Itu setelah di Tembilahan pun banyak di jumpai warung warung kecil. Warung untuk minum plus wadai khas. Madi mengatakan. Setiap pagi sebelum memulai aktivitas, urang Banjar terlebih dahulu mewarung. Tapi kada sekedar maisi perut, panderan bisa merambah masalah Agama, Politik, hukum wan kabar yang lagi hangat, Selain tetap mempertahankan budaya mewarung, Madi jua mengatakan bubuhan Banjar di Tembilahan, tetap mempertahankan budaya sholat magrib berjamaah di mushola maupun masjid. Kada hanya itu, sambung Madi cara berpakaian setali tiga uang, sampai bahasa yang di pergunakan dalam komunikasi sehari hari yaitu bahasa Banjar, Kalau boleh di bilang Tembiahan adalah replika Banjar, tepat nya Hulu Sungai. Selaintetap mempertahankan budaya Banjar, kesenian kesenian khas Banjar seperti Lamut, Mamanda, Musik Panting, damarwulan jua sering digelar, d Tembilahan , ujar Madi yang masih sangat kental logat Hulu sungai nya . Madi mengatakan Bubuhan Banjar di Tembilahan sangat akrab. Hal itu lantaran urang Banjar di Tembilahan memegang kuat konsep PAPADAAN. Bahkan hubungan Urang Banjar dengan masyarakat lain di Tembilahan juga bisa menjalin rasa kekeluargaan. Di Tembilahan hubungan secara emosional sangat kental. Mungkin Karena sama sama berdarah Banjar, meskipun kami lahir disini, selain itu, hubungan kekerabatan urang Banjar semakin kuat setelah dibentuk nya KKB di Tembilahan, kata pria yang mengaku datu nini nya asal Alabio itu. Di tempat terpisah pengamat sejarah Banjar yang juga anggota Dewan DPRD Kalsel, Ibnu Sina, melalui blog pribadi nya menulis, sudah lebih lima generasi urang Banjar yang madam (Hijrah) ke Tembilahan. Dalam tulisan di blognya ia menuliskan Hampir 60% penduduk Indra Giri Hilir Riau merupakan urang Banjar. Ibnu Sina yang secara langsung melihat Tembilahan saat mendampingi Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin memberi gelar TATUHA NANG BATUAH kepada gubernur Riau Rusli Zainal dan Bupati Indra giri Hilir Indera Muhlis Adenan, menuliskan dalam blognya bahwa kondisi alam dan kehidupan disana sangat mirip dengan Banjar. Sebut saja sungai Indragiri yang sangat mirip dengan sungai Barito, jalan tembus yang mirip Anjir, rawa dan gambut nya yang seolah mirip dengan yang di Hulu sungai. Masih dalam blog nya ia juga menuliskan jejak Banjar, ini tercantum dalam prasasti kerajaan IndraGiri yang menjabat sebagai Mufti yang menjabat selama 27 tahun. Beliau adalah Syeikh Abdurrahman Siddiq albanjary atau yang lebih terkenal dengan sebutan Guru Sapat.asal Tungul Irang, Martapura Kab Banjar. Ulama besar ini punya hubungan sangat kental dengan Syeikh Muhammad Zaini Bin Abdul Ghani( Guru Sekumpul). Guru Sapat juga merupakan zuriat nSyeikh Muhammad Arsyad Al-Banjary (Datu Kalampayan0 Ibnu Sina juga menulis Ikhwal madam nya urang Banjar ke Tembilahan. Menurut dia ada tiga teori madam urang Banjar ke Tanah Melayu. Pertama, permitaan sultan Deli, untuk bercocok tanam di rawa yang hanya bisa dilakukan urang Banjar. Kedua, Prahara di kerajaan Banjar yang menyebabkan hijarnya beberapa keluarga kerajaan ke Tanah Melayu, dan yang ke tiga, penyebaran agama Islam. Satu bukti di tunjuknya ulama asal Banjar. Syeikh Abdurrahman Siddiq (Guru Sapat) sebagai Mufti di Kerajaan Indra Giri. Selain tiga teori tersebut, Ibnu Sina menuliskam madam nya urang Banjar ke Tembilahan maupun di pulau Sumatra dari cerita turun menurun, yang mengatakan bahwa migrasi bubuhan Banjar dengan tujuan Tanah Malaka, kemudian dihadang badai dan akhirnya terdampar di Tembilahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar